Obesitas dan Kesehatan Tulang

Obesitas adalah kondisi penumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang digunakan oleh tubuh dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Kondisi obesitas tidak boleh dianggap remeh.



Obesitas adalah kondisi penumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang digunakan oleh tubuh dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Kondisi obesitas tidak boleh dianggap remeh, dikarenakan obesitas meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan 28,7% orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas dan 18,8% anak-anak usia 5-12 tahun mengalami obesitas. Kondisi ini harus menjadi perhatian dikarenakan angka ini terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. 

Selain meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke, obesitas juga mempengaruhi kesehatan tulang kita. Salah satu penyakit pada tulang yang berkaitan dengan obesitas dalah pengeroposan tulang atau osteoporosis. Beberapa studi terdahulu memang menunjukkan adanya fenomena ‘obesity paradox’ dimana BMI yang tinggi berkorelasi dengan menurunnya angka kejadian osteoporosis karena dinilai orang yang obesitas memiliki lebih banyak jaringan lunak sehingga dapat melindungi tulang serta adanya efek pembebanan mekanis oleh berat badan. Namun penelitian terbaru menunjukkan yang sebaliknya yaitu obesitas dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan terjadinya patah tulang. 

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa obesitas, hipertensi, peningkatan kadar gula dan lemak dalam darah merupakan komponen dari sindrom metabolik dan berkaitan erat dengan osteoporosis. Peningkatan lingkar pinggang, sebagai salah satu indikator sindrom metabolik yang menandai semakin tingginya penumpukan lemak di tubuh, ditengarai menjadi faktor penting yang menandai korelasi peningkatan risiko osteoporosis. Hal ini mendukung hipotesis bahwa lemak yang meliputi organ dalam (visceral fat) berkontribusi terhadap hilangnya massa tulang. Penting menjadi perhatian bahwa kondisi osteoporosis akan menambah risiko untuk terjadinya patah tulang. 

Orang lanjut usia secara umum akan mengalami penurunan massa otot seiring bertambah usia, sedangkan visceral fat akan meningkat, sehingga dikenal dengan sebutan ‘Sarcopenic Obesity’. Peningkatan massa lemak tersebut nantinya akan berkontribusi terhadap terjadinya deteriorasi dari massa otot dan tulang sehingga terjadi penurunan massa otot (sarcopenia) dan osteoporosis. Sarcopenia sendiri selain erat hubungannya dengan penurunan kepadatan tulang juga menjadi faktor risiko penting kejadian patah tulang. Kejadian cedera dan patah tulang akibat kondisi osteoporosis dan penurunan massa otot adalah penyebab utama kecacatan dan kematian pada orang lanjut usia, yang secara serius mempengaruhi kualitas hidup dan kelangsungan hidup. 

Penyakit lain yang berisiko muncul lebih dini pada obesitas adalah osteoarthritis, atau yang banyak dikenal secara awam dengan sebutan pengapuran sendi, dapat terjadi di sendi manapun terutama sendi lutut. Obesitas adalah faktor risiko yang bisa dimodifikasi dalam kejadian penyakit osteartritis ini. Kejadian osteoartritis tidak serta merta dikarenakan meningkatnya beban ke sendi lutut, meningkatnya jumlah lemak di dalam tubuh disebutkan dalam banyak penelitian berpengaruh terhadap tingginya reaksi inflamasi di dalam sendi lutut yang memperparah gejala dari penyakit ini. 

Pencegahan dan manajemen pada kondisi obesitas tentunya jauh baik demi menghindari berbagai penyakit diatas. Pengelolaan energi yang masuk ke tubuh dari makanan yang kita konsumsi harus dijaga sama atau lebih rendah daripada energi yang terpakai. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan pola makan sehat menggunakan diagram piring yang disekat seperti huruf “T”, dimana porsi sayur dan buah harus 2 kali lipat dari porsi karbohidrat (nasi, mie, singkong, jagung, dll) sedangkan porsi protein (telur, ikan daging, dll) setara dengan porsi karbohidrat. Konsumsi gula harian juga harus dijaga maksimal 50gr (4 sendok makan), garam 5 gr (1 sendok teh), dan lemak 67 gr (5 sendok makan). Selain manajemen pola makanan, aktivitas fisik intensitas rendah hingga sedang perlu dijaga rutin untuk menjaga pengeluaran energi dan memelihara massa otot. Yang terakhir tidak kalah penting adalah manajemen waktu tidur, dimana tidur 6-8 jam sehari dapat menjaga keseimbangan hormon dan untuk menghindari asupan makan berlebih.

 

Referensi 

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf

Hou, J., He, C., He, W., Yang, M., Luo, X., & Li, C. (2020). Obesity and Bone Health: A Complex Link. Frontiers in Cell and Developmental Biology, 8. doi:10.3389/fcell.2020.600181

Shapses SA, Pop LC, Wang Y. Obesity is a concern for bone health with aging. Nutr Res. 2017;39:1-13. doi:10.1016/j.nutres.2016.12.010

Turcotte AF, O’Connor S, Morin SN, Gibbs JC, Willie BM, et al. (2021) Association between obesity and risk of fracture, bone mineral density and bone quality in adults: A systematic review and meta-analysis. PLOS ONE 16(6): e0252487.

 

*Artikel ini ditulis oleh dr. Dananjaya Putramega, Sp.OT dan bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas

Share to

Artikel lainnya dari prof nicolaas

Ayo Belajar Tentang Magnesium

Magnesium merupakan mineral yang banyak tersedia di dalam tubuh dan 50% hingga 60%-nya tersimpan di dalam tulang pada usia dewasa.1 Magnesium secara alami terdapat di berbagai jenis makanan dan juga tersedia dalam bentuk suplemen serta terkandung juga di

Selengkapnya

Gula dan Kesehatan Tulang

Saat ini menjadi trend bahwa minuman kemasan dengan kadar gula tinggi berdampak buruk terhadap tubuh kita. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena tingginya kadar gula pada makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari berhubungan langsung dengan

Selengkapnya

Carpal Tunnel Syndrome

Apakah Anda pernah mengalami kesemutan atau nyeri pada pergelangan tangan yang menjalar hingga ke jari-jari? Jika ya, maka mungkin Anda pernah mengalami gejala dari carpal tunnel syndrome (CTS). CTS banyak dialami oleh ibu-ibu rumah tangga, pekerja kantor

Selengkapnya