Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Indonesia ini juga dikenal sebagai dokter sejumlah atlet top negeri ini
Dari bahasa tubuhnya bisa terbaca sosok dokter super spesialis yang ahli bedah ortopedi ini mudah bergaul, simpatik dan enak dijadikan lawan bicara. Tak seperti dokter-dokter umumnya yang cenderung serius, Nicolaas C. Budhiparama lebih terlihat sebagai sosok yang santai, cuek dan gaul. Namun, di balik kesantaiannya, Nico, nama akrabnya, termasuk dokter langka di negeri ini.
Pada April 2001, ia tercatat sebagai dokter dari Asia Pasifik pertama yang melakukan operasi menggunakan sistem robot (komputerisasi), bersama sekelompok dokter dari Melbourne, Australia. “Waktu itu kami harus lakukan operasi simultan di New York, AS”, tambah Wakil Presiden Indonesia Society for Sports Traumatology Surgery of The Knee and Arthroscopy itu.
Nico juga pernah menerima penghargaan dari Johnson & Johnson International Orthopedic tahun 2000 karena melakukan operasi lutut (total knee replacement) terbanyak di Asia Tenggara. Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Indonesia ini juga dikenal sebagai dokter sejumlah atlet top negeri ini, seperti Angelica Widjaja, Wynne Prakusa, Yayuk Basuki, dan Taudik Hidayat. Bahkan, ia sempat menangani operasi tulang (lutut) para pemain bola kenamaan dunia seperti Ruud Gulit (Belanda). Belum lagi, nama besarnya di dunia kedokteran lokal karena Nico memang berpraktik di beberapa rumah sakit seperti RS Medsitra, RS Graha Medika dan RS Pantai Indah Kapuk. Termasuk, menjadi konsultan tetap beberapa rumah sakit luar negeri, seperti Mount Elizabeth Medical Centre Singapore (dua bulan sekali), serta membantu Leids University Medisch Centrum (Leiden, Belanda) dan Fox Valley Medical Center (Australia).
Bagi Nico, menjadi dokter ahli bedah ortopedi yang mahsyur sebenarnya bukan pilihan dia di waktu kecil. Saat kecil, ia justru akrab dengan dunia balap, karena sejak usia 11 tahun ibunya sering membawanya ke Sirkuit Zaandvoort, Belanda. Akan tetapi sang ayah, Nicolaas A. Budhiparama, Sr, dokter lulusan Belanda, punya keinginan lain, ia mau anaknya menjadi dokter pula. Ayahnya memotivasi dirinya menjadi dokter.
Artikel lainnya dari prof nicolaas